DEPOK, KOMPAS.com — Perkembangan
Depok terkini adalah pembangunan sektor properti yang terjadi secara
sporadis, tidak terencana dengan matang dan nirpedoman baku (
guideline). Banyak titik tertentu yang seharusnya merupakan daerah resapan, disulap menjadi kawasan permukiman dan komersial.
"Depok tidak pintar memanfaatkan potensinya. Tidak ada
grand design
yang menjadi penuntun arah perkembangan kota ke depan. Saat ini,
pembangunan berjalan sporadis apa adanya, mengikuti dinamika dan
mekanisme pasar," kata Staf Pengajar Tata Ruang Departemen Geografi,
F-MIPA, Universitas Indonesia, Tarsoen Wiryono kepada
Kompas.com, Jumat (13/9/2013).
Maraknya pembangunan
town house
dan perumahan-perumahan dalam konsep cluster berukuran kecil, ujar
Tarsoen, mulai dikhawatirkan menciptakan masalah baru. Kehadirannya
menggerus area-area hijau tempat akumulasi air berada.
Namun
demikian, Tarsoen tak menampik bahwa Depok telah lama menjadi kawasan
permukiman. "Selama keberadaan sarana permukiman tersebut tidak
melanggar aturan dan ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 26
tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka tidak masalah. Apalagi
melengkapinya dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), produksi
air bersih sendiri, dan 30 persen ruang terbuka hijau," imbuh Tarsoen.
Ia menyarankan Pemerintah Kota Depok agar secepatnya membuat
grand design
untuk kawasan-kawasan perkembangan baru yang berpotensi meningkatkan
daya ekonomi sehingga tercipta sentra-sentra atau basis ekonomi baru.
Dengan begitu, pusat aktivitas bisnis sebagai sentra kemacetan yang
selama ini teraglomerasi di Jalan Raya Margonda dapat tersebar merata.
Menurut
Tarsoen, kawasan perkembangan baru tersebut berorientasi ke arah
Selatan, terutama Sawangan. Kawasan ini terkoneksi dengan Parung dan
Leuwiliang (Bogor) serta Serpong (Tangerang Selatan) dengan keunggulan
masing-masing yang bisa dijalin secara sinergis. Aksesibilitasnya pun
mudah dan memadai. Ketiganya terkoneksi dengan jalan utama dan
lingkungan dengan kualitas baik.
"Sawangan berpotensi menjadi
kawasan terbuka, yang menghubungkan Depok kota dengan ketiga kawasan
tersebut. Betapa prospek ke depannya akan sangat cerah sekaligus dapat
mengurangi beban kota yang terpusat di Jalan Raya Margonda. Lahan kosong
nonproduktif masih tersedia luas dan bisa dimanfaatkan sebagai
permukiman sekaligus komersial," tandasnya.
Jika Depok mampu
memanfaatkan peluang tersebut, maka Sawangan akan tampil sebagai
kekuatan ekonomi baru. Harga lahannya masih relatif lebih murah yakni
sekitar Rp 750.000 hingga Rp 2,5 juta per meter persegi.
Sumber : Kompas.com
Maka dari itu kami hadir untuk anda yang ingin berinvestasi di daerah sawangan, Depok. Kami menyediakan 2 unit Ruko 2 lantai dengan luas bangunan 103m2.
Jika anda berminat atau sekedar tanya-tanya dan ingin survey lokasi, anda bisa hubungi kami
disini
Kami juga menerima jasa desain dan borongan berikut matrial dan tenaga untuk pengerjaan rumah, ruko, kantor, rumah kost, kontrakan, perumahan dan segala jenis bangunan.